Kamis, 22 Februari 2018

Fenomena - Lewat Operasi Caesar, Anjing di Australia Lahirkan 18 Anak

Fenomena, Foresdalle -  Sebuah klinik hewan di Australia dikejutkan dengan kelahiran 18 anak anjing pada pekan ini. Jumlah yang sangat banyak keluar dari satu induk.

Dokter hewan Aaron Raney (tengah) dan stafnya bersama dengan 18 ekor anak anjing yang dilahirkan lewat operasi sesar dari induknya bernama Sassy.


Royalpoker - Staf di Klinik Hewan West Coast, Forrestdale, Australia, membantu kelahiran anak dari anjing jenis Doberman bernama Sassy yang berusia empat tahun.

Dokter hewan Aaron Raney memimpin sebuah tim yang terdiri atas 10 orang untuk melakukan operasi terhadap Sassy secara caesar  yang berlangsung 90 menit.

"Pemiliknya datang ke klinik dan mengatakan kepada kami, anjingnya akan melahirkan 16 anak dan apakah kami siap membantunya," kata Raney.

Baca Juga - Fenomena - Benarkah Bahasa Muncul 1,5 Juta Tahun Lebih Awal dari Perkiraan?

"Saya berpikir mungkin ada 10 atau 12 anak, tetapi mereka terus ada. Saya berhenti menghitung pada angka ke-12 karena berkonsentrasi untuk mengeluarkan semuanya sampai suara tangisan anak anjing tidak berhenti," ucapnya.

Menurut dia, prosedur operasi caesar pada anjing betina dengan kelahiran 18 ekor anak belum pernah terjadi sebelumnya selama delapan tahun kariernya sebagai dokter hewan.

SumberHoki - Raney biasanya membuat satu sayatan dalam setiap operasi caesar pada anjing. Namun, kali ini, dia harus membuat empat sayatan untuk mengeluarkan semua anak anjing tersebut.

"Dia (Sassy) melakukannya dengan sangat baik. Beberapa anjing memang merasa tertekan dan tidak bernapas. Namun, begitu kami memberikan oksigen, mereka semakin membaik," ujarnya.

Baca Juga - Fenomena - Kok Bisa Gerbang Neraka Romawi Ini Pilih-pilih Korbannya?

Tahun lalu, anjing Dalmatian di Victoria, Australia, juga melahirkan anak 18 ekor.

Setelah berjuang 13 jam, anjing bernama Miley ini dinobatkan sebagai pemegang rekor melahirkan terbanyak.

Rabu, 21 Februari 2018

Fenomena - Benarkah Bahasa Muncul 1,5 Juta Tahun Lebih Awal dari Perkiraan?

Fenomena - Pernahkah Anda bertanya sejak kapan manusia mulai berkomunikasi dan menciptakan bahasa?

Sebelumnya, ahli paleontologi berpendapat bahwa bahasa muncul bersamaan dengan evolusi dari Homo Sapiens, sekitar 350.000 tahun lalu.

Kebenarannya pun diperdebatkan. Daniel Everett, profesor kajian global dari Bentley University, AS, mengatakan dalam presentasinya di acara American Association for the Advancement of Science (AAAS) di Texas, AS bahwa nenek moyang kita sudah dapat berkomunikasi jauh sebelumnya.

Ilustrasi Gambar,Homo Sapiens.


Ia mengatakan, Homo Erectus yang hidup sekitar 1,8 juta tahun lalu dipercaya sebagai manusia purba pertama yang menggunakan kata dan isyarat untuk berkomunikasi.

Royalpoker - Menurut Everett, bahasa di era Homo Erectus digunakan untuk berkomunikasi saat berburu atau membangun kapal untuk menjelajah pulau-pulau kecil seperti Flores atau pulau Kreta yang ada di Laut Tengah, di mana fosil mereka ditemukan dan tanah tersebut tidak terhubung dengan Afrika.

Ini menandakan bahasa sudah dipakai sejak 1.5 juta tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

"Semua orang mengatakan Homo Erectus adalah makhluk mirip kera yang bodoh, namun saya berpendapat ia adalah makhluk paling cerdas yang pernah ada di bumi," tegas Everett dalam presentasinya dilansir Telegraph, Selasa (20/2/2018).

Beberapa bukti kepintaran Erectus menurut Everett, mereka memiliki kemampuan untuk merencanakan sesuatu dan pandai membuat alat.

"Alat paling menakjubkan yang dibuat mereka adalah kapal untuk berlayar di laut terbuka," sambungnya.

Baca Juga - Breaking News - Catatan Kasus Teror Air Keras Novel Baswedan Yang Semakin Terungkap

Menurut Everett, lautan bukanlah penghalang bagi Erectus untuk menjelajah tempat baru ke pelosok dunia yang dilakukan dengan terencana. Buktinya, mereka pergi dengan kelompok besar berisi 20 orang atau lebih untuk menuju tempat baru.

Nah, dari sinilah Everett percaya bahwa mereka sudah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi di atas pelayaran.

SumberHoki - "Tidak mungkin mereka dapat mengendarai kapal begitu saja. Misalnya saat akan menabrak arus jika tidak ada komunikasi untuk mendayung, kapal pasti akan hanyut," kata Everett.

"Atau kalau tidak ada arus, pasti ada intruksi kapan harus mendayung dan tidak. Di sini butuh komunikasi tidak hanya dengan kata-kata tapi juga isyarat. Mereka melakukan banyak hal untuk ini menjadi semacam komunikasi yang kita lihat pada spesies lain tanpa simbol," imbuhnya.

Homo Erectus merupakan anggota pertama dari genus homo sekaligus spesies manusia pertama. Tingginya sekitar 180 sentimeter dan memiliki otak terbesar dari hewan darat yang pernah ada, yakni sekitar 950 cc atau seperti yang dimiliki otak perempuan Eropa modern.

Everett menyampaikan, Homo Erectus pada masanya sudah memiliki pemukiman yang maju. Mereka mempunyai area terpisah untuk tempat tinggal, tidur, area untuk mengolah tanaman dan hewan, serta area yang digunakan untuk kegiatan bersama.

Baca Juga - Breaking News - Ratusan Perempuan Nigeria Hilang Setelah Serangan Boko Haram

"Mereka tentu saja tidak mampu berbicara seperti kita, namun mereka memiliki bahasa yang berbeda," ujar Everett.

"Homo Erectus harus lebih dihormati sebab Homo Neanderthalis dan Homo Sapiens sudah lahir dalam dunia linguistik. Itu artinya kita telah mewarisi apa yang diciptakan Homo Erectus," kara Everett.

Namun, teori Everett ini masih menjadi kontroversi. Seperti Profesor Chris Stringer dari The Natural History Museum, London yang tidak menerimanya.

"Bisa saja Erectus ke Flores tidak menggunakan kapal, tapi tsunami yang memindahkannya. Saya berpikir Homo Heidelbergensis yang memiliki kehidupan cukup kompleks dan hidup antara 600 ribu sampai 200 ribu tahun lalu memang punya kemampuan berbicara meski bahasanya tidak seperti manusia modern. Namun, pada Homo Erectus saya tidak begitu yakin," kata Stringer.

Selasa, 20 Februari 2018

Fenomena - Kok Bisa Gerbang Neraka Romawi Ini Pilih-pilih Korbannya?

Fenomena – Di masa lalu, gerbang neraka Romawi adalah sebuah keajaiban. Dipercaya sebagai jalan menuju alam baka, ia hanya membunuh hewan kurban yang melewatinya, tetapi membiarkan para pendeta yang menuntun hewan tersebut untuk kembali ke rumah masing-masing.

Gerbang Neraka Romawi


Royalpoker - Kini, sebuah studi yang dipublikasikan Archaeological and Anthropological Sciences membuktikan bahwa gerbang neraka sama sekali bukan hal supernatural dan memiliki penjelasan geologi sederhana di baliknya.

Untuk menguak misteri ini, para peneliti berfokus pada situs penting di kota kuno Hierapolis, kini Turki.

Gerbang neraka di kota ini dibangun di atas patahan dalam bumi yang sangat aktif secara geologis. Patahan tersebut mengeluarkan karbon dioksida yang bisa membunuh semua makhluk yang menghirupnya dalam hitungan detik.

Baca Juga -  Breaking News - Kapal Feri Tenggelam, Kendaraan Tumpah ke Laut

Para peneliti berkata bahwa gerbang Hierapolis masih berfungsi hingga saat ini. Pada hari pertama penelitian, mereka menemukan setidaknya dua burung dan 70 kumbang dalam keadaan mati.

SumberHoki - Mereka kemudian mengukur konsentrasi karbon dioksida pada siang dan malam hari. Ternyata, pada siang hari, awan karbon dioksida menghilang, dan pada malam hari, karbon dioksida mengumpul dan membentuk lapisan tebal di lantai arena. Konsentrasi ini begitu luar biasa hingga bisa membunuh manusia dewasa dalam waktu satu menit.

Akan tetapi, kuncinya ada pada kepadatan. Awan karbondioksida lebih berat daripada udara sehingga mengumpul di permukaan tanah. Artinya, hewan kurban yang kepalanya tidak bisa melewati batas lapisan gas akan segera mati, tetapi para pendeta yang lebih tinggi akan selamat.

Hardy Pfanz, pakar biologi gunung api di University of Duisburg-Essen, Jerman, yang menulis studi ini mengatakan kepada Science, mereka (para pendeta) tahu bahwa nafas mematikan dari (anjing penjaga neraka) Kerberos hanya mencapai tinggi tertentu.

Baca Juga - Kontroversi - Keterlaluan Gara-gara Warisan, Seorang Ibu di Bandung Digugat Empat Anaknya

Pfanz dan para peneliti juga menduga bahwa para pendeta hanya menuntun hewan kurban pada pagi atau sore hari ketika konsentrasi gas bisa membunuh hewan kurban secara instan.

Selain di Hierapolis, gerbang neraka juga ada di Gua Cape Matapan selatan Yunani, Hellam Township, Pennsylvania, dan Tapir Mountain Nature Reserve di Belize. Mayoritas dari gerbang neraka digunakan untuk ritual pengurbanan, walaupun tidak semuanya membunuh menggunakan karbon dioksida.

Namun untuk gerbang neraka Romawi yang ada di Hierapolis, kini ada penjelasan ilmiahnya.

Senin, 19 Februari 2018

Fenomena - Dinosaurus Punah Sebelum Jatuhnya Asteroid di Bumi

Fenomena - Dinosaurus diketahui mengalami kepunahan karena serangan Asteroid jutaan tahun yang lalu. Persepsi ini berubah setelah sejumlah ahli paleontologi di Universitas Reading dan Bristol memastikan Dinosaurus telah punah jauh sebelum asteroid jatuh ke Bumi.

Punahnya Dinosaurus


Dinosaurus telah punah 50 juta tahun sebelum meteorit menghantam. Pernyataan ini sekaligus mematahkan informasi tentang Dinosaurus masih ada di Bumi sekitar 66 juta tahun yang lalu. Jatuhnya asteroid di Bumi masa itu, diyakini membuat jutaan ton debu memenuhi udara, matahari tidak terlihat dan menyebabkan pendinginan global dengan hilangnya vegetasi.

Royalpoker - Laporan yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences jurnal berpendapat, penurunan jumlah spesies dinosaurus punah karena mereka berada pada krisis lingkungan.

"Kami tidak mengharapkan hasil ini. Sementara, asteroid masih alasan utama hilangnya Dinosaurus," kata Dr Manabu Sakamoto dari Universitas paleontolog Reading.

Baca Juga - Breaking News - Urine Negatif, Polisi Akan Periksa Rambut Roro Fitria

"Hal ini menunjukkan, selama puluhan juta tahun sebelum kematian utama mereka, Dinosaurus mulai kehilangan jumlah sebagai spesies dominan di Bumi," tambahnya, seperti dilansir dari Teleggraph, Selasa (19/4).

Berdasarkan analisis statistik dalam hubungannya dengan informasi dari catatan fosil, meskipun penurunan angka spesies dari waktu ke waktu secara efektif di antara semua kelompok Dinosaurus, pola kehilangan spesies Dinosaurus berbeda.

SumberHoki - Dinosaurus jenis Sauropoda, seperti Brontosaurus, berada di catatan dengan penurunan kepunahan tercepat. Sedangkan theropoda, kelompok dinosaurus yang termasuk Tyrannosaurus Rex, mengalami kepunahan bertahap.

Baca Juga - Fenomena - Inilah yang Harus Anda Lakukan jika Asteroid Jatuh ke Bumi

"Penelitian kami menunjukkan, kelompok hewan mengalami kepunahan secara cepat. Itulah sebabnya, mereka rentan terhadap kepunahan setelah bencana besar terjadi. Temuan ini memiliki implikasi besar bagi keanekaragaman hayati kita saat ini, dan masa depan. Mengingat, belum pernah terjadi spesies akan punah karena perubahan iklim yang disebabkan manusia."

Fenomena - Inilah yang Harus Anda Lakukan jika Asteroid Jatuh ke Bumi

Fenomena - Jika asteroid jatuh ke bumi dan mengarah ke area Anda, maka solusi terbaik adalah masuk ke bawah tanah.

Ilustrasi


Rekomendasi tersebut didapatkan setelah studi terbaru mengenai efek jatuhnya asteroid dipulikasikan dalam jurnal Geophysical Research Letters oleh American Geophysical Union (AGU).

Royalpoker - Menurut studi tersebut, efek terbesar dari bencana ini bukanlah tsunami atau gempa bumi, melainkan angin kencang dan gelombang kejut karena asteroid menghantam bumi. Kedua efek tersebut bahkan menyebabkan 60 persen kematian dalam berbagai skenario simulasi AGU.

Clemens Rumpf, seorang asisten peneliti senior dari University of Southampton, Inggris, mengatakan dalam siaran pers dari AGU, ini adalah studi pertama yang melihat ketujuh dampak yang disebabkan oleh asteroid berbahaya dan mengukur mana yang paling parah berdasarkan kematian manusia.

Ketujuh dampak yang dimaksud Rumpf adalah ledakan angin, gelombang kejut, panas, puing-puing terbang, gelombang tsunami, kawah, dan getaran seismik.

Baca Juga - Kontroversi - Disiksa Bagai Binatang, Phu Quoc jadi Penjara Paling Sadis di Vietnam, Bahkan Menjadi Neraka Dunia

Namun, pada umumnya ledakan angin terjadi bersamaan dengan gelombang kejut. Angin tersebut akan begitu kuat hingga dapat melemparkan tubuh manusia dan meratakan hutan. Sementara itu, peningkatakan pada tekanan atmosfer akan menciptakan gelombang kejut yang cukup kuat untuk menghancurkan organ dalam manusia.

Para peneliti kemudian melakukan simulasi dengan menciptakan 50.000 skenario buatan yang melibatkan asteroid berukuran 15 hingga 400 meter. Mereka menemukan bahwa asteroid yang jatuh di daratan akan 10 kali lebih berbahaya daripada yang jatuh di lautan.

Memang asteroid yang jatuh ke lautan dapat menciptakan tsunami, tetapi gelombang tersebut akan semakin menyusut ketika menjauh dari pusatnya. Lalu, dalam semua skenario, tsunami hanya dapat menyebabkan 20 persen kematian.

Sebaliknya, ketika asteroid jatuh ke daratan, efek panas yang terjadi menyebabkan 30 persen kematian. Untuk menghindari efek tersebut, Rumpf pun menyarankan untuk bersembunyi di bawah tanah.

Baca Juga - Breakingnews - Gunung Sinabung Mengamuk, Beberapa Desa Gelap Gulita dan Berabu Tebal

Sementara itu, kawah dan puing-puing hanya menamban satu persen korban, dan goncangan sismik hanya menyebabkan 0,17 persen korban dalam semua skenario.

 SumberHoki - Walaupun demikian, Rumpf menekankan bahwa kemungkinan terjadi serangan asteroid ke bumi sangat rendah. Asteroid dengan diameter 57 meter diperkirakan hanya jatuh sekali dalam 1500 tahun dan serangan asteroid berdiameter 400 meter hanya terjadi 100.000 tahun sekali.

Studi juga menunjukkan bahwa asteroid harus berukuran sekitar18 meter untuk dapat mencapai bumi. Lebih kecil dari diameter tersebut dan asteroid akan terbakar di atmosfer.

Baca Juga - Kontroversi - Tak Hanya Puas, Ini yang Dirasakan Wanita Setelah Orgasme

Ukuran tersebut sama dengan asteroid yang menyerang kota Chelyabinsk di Rusia pada tahun 2013. Dalam kejadian tersebut, ratusan orang terluka karena terkena pecahan kaca akibat gelombang kejut.

Selain untuk mengetahui efek dari asteroid, Rumpf berkata bahwa hasil studi ini dapat membantu penduduk bumi untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi serangan asteroid.

“Jika hanya 10 orang yang akan terkena dampaknya, maka solusi terbaik adalah untuk mengosongkan area tersebut. Namun, jika dampaknya mencapai jutaan orang, mungkin kita harus melakukan misi defleksi yang mendorong asteroid agar menjauh,” katanya.

Fenomena - Lewat Operasi Caesar, Anjing di Australia Lahirkan 18 Anak

Fenomena, Foresdalle -  Sebuah klinik hewan di Australia dikejutkan dengan kelahiran 18 anak anjing pada pekan ini. Jumlah yang sangat banya...